Ia ingin menularkan pengalamannya, memberi mereka motivasi.
Amelia adalah penerima beasiswa yang sama saat ia kuliah di jurusan Desain Industri Institut Teknologi Bandung. Ia mendapat beasiswa itu pada periode 2006/2007.
Amelia mengaku, tanpa beasiswa tersebut belum tentu dia akan menjadi disainer perhiasan seperti sekarang.
"Saya dulu memang suka menggamar, membuat disain sendiri, tetapi saya orangnya pemalu sehingga gambar-gambar itu hanya saya simpan," katanya di sela acara Nation Building bagi para penerima beasiswa plus Djarum di Semarang, Selasa malam.
Amelia mengaku, secara nominal beasiswa yang diterimanya waktu itu hanya seperti menambah uang jajan.
Tetapi menurut dia, bukan itu yang penting. Namun soft skills (keterampilan lunak) yang diberikan kepada para penerima beasiswa lah yang berperan penting dalam karirnya. "Berkat beasiswa tersebut, khususnya soft skills yang diberikan, saya menjadi lebih percaya pada diri sendiri dan berani mengikuti lomba disain," katanya.
Soft skills yang dimaksud adalah pelatihan Nation Building, Character Building, Leadership Development, Competition Challenges, International Exposure dan Community Empowerment yang diberikan kepada para penerima Beasiswa Plus Djarum.
Para penerima beasiswa itu mendapat pelatihan wawasan kebangsaan, membangun karakter, peningakatan kepemimpinan, diberi kesempatan untuk berkompetisi dan melakukan sesuatu untuk memberdayakan masyakarat.
Keterampilan-keterampilan itu lah yang menurut Amelia membantunya meraih sukses seperti sekarang.
Ia kemudian berhasil memperoleh beasiswa di Politecnico Italia untuk meraih gelar Master Degree in Jewellery Engineering.
Berbagai penghargaan telah diraihnya, antara lain pemenang kompetisi desain jam tangan yang diselenggarakan BREIL di Italia September lalu, dan penghargaan atas desain "Garuda Collection" pada April tahun lalu.
Selain itu, desain cincin yang ia namai "Zamrud Khatulistiwa" juga meraih penghargaan tertinggi pada satu kompetisi desain di Kanada. Bahkan karyanya itu sempat dibajak di negara Amerika utara tersebut.
"Ada rasa sakit hati Zamrud Khatulistiwa dibajak orang di Kanada, tetapi bangga juga karena berarti karya saya itu diperhatikan orang," katanya.
Nation building Sementara itu, sebanyak 525 penerima beasiswa plus Djarum periode 2016/2017 mengikuti pelatihan Nation Building (wawasan kebangsaan) yang diselenggarakan sejak 11 November lalu di Semarang.
Mereka melakukan kegiatan diskusi, kunjungan ke situs budaya, dan puncaknya mengadakan pergelaran seni yang bertajuk "Malam Dharma Puruhita" dengan mengambil cerita sejarah Majapahit.
Diskusi kebangsaan dengan tema "Berkarya secara Nyata untuk Indonesia" itu menghadirkan sejumlah tokoh antara lain Menteri perumahan rakyat dan Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljoni, Ketua KPU Hasyim Asy'ari, dan Amelia Rachim.
Hasyim Asy'ari dan Amelia adalah penerima beasiswa tersebut pada periode 1993/1994 dan 2006/2007 berturut turut.
Pergelaran berbentuk drama, tari dan musik dengan koreografer Denny Malik itu semuanya dilakukan oleh para mahasiswa dari 90 perguruan tinggi itu.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 Response to "Beasiswa bukan uang semata"
Posting Komentar