"Dalam berkomunikasi, masyarakat menggunakan idiom untuk dapat menghasilkan daya retorika, sehingga dapat meningkatkan ekspresi yang bersifat emosional," ujar Haiyan dalam ujian terbuka program doktor berjudul "Perbandingan Idiom Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia," di Fakultas Ilmu Budaya UGM, dalam keterangan tertulis diterima di Yogyakarta, Selasa.
Ia mengatakan, bahasa adalah alat komunikasi utama yang digunakan manusia, dan dalam penggunaan bahasa, manusia kerap kali menggunakan idiom.
Menurut dia, idiom adalah sebuah konstruksi gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan makna gabungan unsurnya.
Haiyan menjelaskan, perbandingan idiom berunsur nama binatang dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia dari beberapa aspek, yaitu definisi, asal usul idiom, serta dari tataran linguistik dan kebudayaan dalam dua bahasa tersebut.
Ia menyimpulkan bahwa definisi idiom dalam bahasa Mandarin dan Indonesia memiliki persamaan, yakni idiom pada kedua bahasa tersebut merupakan salah satu konstruksi idiomatik, dan memiliki struktur yang tetap.
Selain itu, persamaan definisi lainnya dari kedua bahasa tersebut, yakni merupakan warisan dari zaman dahulu, memiliki makna lengkap, digunakan sebagai satu kesatuan, dan tidak boleh digunakan sebagian saja, kata dia.
Haiyan juga menemukan perbedaan definisi dan ciri-ciri dari idiom bahasa Mandarin dan Indonesia. Salah satu perbedaan tersebut terkait jumlah karakter idiom dari dua bahasa yang berbeda.
"Dari perbandingan idiom berunsur nama binatang dari kedua bahasa tersebut, disimpulkan bahwa idiom bahasa Mandarin umumnya terdiri dari empat karakter, sedangkan idiom bahasa Indonesia umumnya hanya terdiri dari dua karakter," katanya.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 Response to "Teliti idiom, mahasiswi Tiongkok raih gelar doktor dari FIB UGM"
Posting Komentar